Kamis, 11 November 2010

perbedaan dan pola pikir manusia

Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dan dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.

Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dan peningkatan kemampuan daya pikirnya, manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil, pengolahan data yang diperoleh melalui eksperimen ini kemudian dapat diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini lahirlah Ilmu Pengetahuan Alam yang mantap.

Jadi Perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang mantap melalui 4 tahap, yaitu tahap mitos, tahap penalaran, tahap pengalaman dari percobaan, dan akhirnya tahap metode keilmuan. ....>>

1. Perkembangan Alam Pikiran
Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri:
• a. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
• b. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
• c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dan dalam dan dan
• d. Memiliki potensi berkembang biak.
• e. Tumbuh dan bergerak
• f. Berinteraksi dengan lingkungannya.
• g. Mati
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dari peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi

Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terbatas pada objek yang dapat diamati dengan panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya manusia bertanya terus

setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru. Hal demikian telah berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi penumpukan pengetahuan.

Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia. Hal ini tidak saja meliputi pengetahuan tentang kebutuhan praktis untuk hidupqya sehari-hari, seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan atau seni.

Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca inderanya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya adanya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dan bagamana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.
Rasa ingin tahu semacam itu tidak dimiliki oleh hewan. Rasa ingin tahu pada hewan terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap, yang tidak berubah dari zaman ke zaman. Hewan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain terutama didorong oleh rasa ingin tahu-nya yang bersangkutan erat dengan nalurinya saja. Mereka hanya sekadar ingin tahu, apakah di tempat lain terdapat makanan, atau mungkin juga apakah di tempat lain aman dan bahaya yang mengancam dirinya dan anak-anaknya atau tidak. Hewan memerlukan tempat tinggal (sarang) yang dapat melindungi diri dari tempat berkembang biak, membesarkan anak-anaknya. Berbeda dengan manusia, pengetahuan hewan mengenai makanan atau tempat tinggal (sarang) sepanjang zaman selalu tetap.

2. Mitos, Penalaran, dan berbagai cara memperoleh pengalaman
Perkembangan selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan pikirannya, jadi tidak semata-mata untuk memeuhi kebñtuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam pikirannya. Manusia mereka-reka sendiri jawabannya, sebagai contoh: Mengapa gunung nieletus? Karena tak tahu jawabannya maka mereka-reka sendiri dengan jawaban, “yang berkuasa dan gunung itu sedang marah.” Maka muncul pengetahuan baru yang disebut yang berkuasa. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama muncullah anggapan adanya pohon yang besar, matahari, bulan, kilat, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dan pengalaman dari kepercayaan kita sebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan mitos ini disebut legenda.

Mitos itu timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat indera manusia misalnya:
1) Alat Penglihatan
• Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu melihatnya. -
2) Alat Pendengaran
• Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dan 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga puluh atau di atas tiga puluh ribu per detik tak terdengar.
3) Alat Pencium dan Pengecap
• Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan 4 jenis rasa, yaitu manis, masam, asin, dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dan sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4) Alat Perasa
• Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.

Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia, ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya, ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir, dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketetapan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha usaha lain adalah penciptaan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih menimbulkan kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b) Keterbatásan penalaran rnanusia pada masa itu.
c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah’riil.
Pada tahap teologi atau fiktif, manusia beruaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.

Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kuatan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu.

Tahap positif atau riil merupakan tahap di mana manusia telah mampu berpikir secara positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikemukakan secara positif melalui pengamatan, percobaan, dan perbandingan.

kembali pada tahun teologi atäu fiktif, bahwa manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada di sekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan gaib.

Berpikir adalah suatu kegiatan untuk rnemperoleh/menemukan pengetahuan yang benar. Proses berpikir dalam, menarik kesimpulan berpengetahuan yang benar disebut penalaran. Pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berpikir, bukanlah hasil perasaan. Perlu kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai - ciri-ciri tertentu, yakni logis dan analistis. Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berpikir merupakan berpikir loggis dan analistis.

Cara berpikir semacam ini ialah cara berpikir yang tidak bersifat logis dan analistis bukan merupakan penalaran. terdapat berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di antaranya ialah :
1. Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan. Merasa, merupakan suatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
2. Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola berpikir tertentu. Pendapat yang berdasarkan intuisi timbul dari pengetahuan-pengetahuan yang terdahulu melalui suatu proses berpikir yang tidak disadari. diolah pendapat itu muncul begitu saja tanpa dipikir.
3. Wahyu. Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Nabi yang diutus-Nya. Dengan wahyu, manusia memperoleb pengetahuan dengan keyakinan (kepercayaan) bahwa yang diwahyukan tersebut benar.
4. Trial and error. Trial and error adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan. Mulai zaman purba sampai sekarang banyak manusia yang dalam usaha memperoleh pengetahuan mengggunakan cara ini Proses untuk rnemperoleh pengetahuan dengan cara coba-coba memakan waktu yang lama, hingga cara ini merupakan cara yang tidak efisien bila digunakan untuk mencari kebenaran.

Sumber : http://bumikupijak.com/article/knowledge/pola-pikir-manusia-pada-mitos.html




keanehan pola pikir manusia jaman sekarang

Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir
zaman ini sangat banyak dan nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli
memperhatikannya sehingga terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja.
Namun, bila kita cermati dengan baik, kita akan menemukan segudang
keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir
dalam semua lini kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan
terkait dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan
sebagainya, atau kejadian yang aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir
manusia yang paradoks yang berkembang biak di akhir zaman ini.

Berikut
ini adalah sebagian kecil dari berfikir paradoks yang berkembang
akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi, berfikir
paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat Islam dan para
tokoh mereka.

Di antaranya :

Bila seorang pengusaha atau
pejabat tinggi melakukan korupsi milyaran dan bahkan triliunan rupiah,
maka aparat penegak hukum dengan mudah mengatakan tidak ada bukti untuk
menahan dan mengadilinya.

Namun, bila yang mencuri itu seorang
nenek atau masyarakat bawah (lemah), dengan mudah dapat ditangkap,
disidangkan dan diputuskan hukuman penjara, kendati mereka mengambil
hanya satu buah semangka atau tiga buah kakau, mungkin saja karena
lapar.

Bila ada orang atau kelompok dengan nyata-nyata merusak
dan melecehkan ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti Tuhan,
Kitab Suci dan Rasulnya, di negeri-negeri Islam, maka orang dengan
gampang mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan berpendapat,
berekspresi dan menafsirkan agama.

Namun, bila ada khatib,
ustazd atau masyarakat Muslim mengajak jamaah dan umat Islam untuk
konsiten dengan ajaran agamanya, maka orang dengan mudah menuduhnya
sebabai khatib, penceramah atau ustazd yang keras dan tidak bisa
berdakwah dengan hikmah, bahkan perlu dicurigai sebagai calon teroris.

Apa
saja yang dituliskan dalam koran, dengan mudah orang mempercayainya,
kendati itu hanya tulisan manusia dan belum teruji kebenarannya.
Membaca dan mempelajarinya dianggap lambang kemajuan.

Akan
tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Qur’an belum tentu dipercayai dan
diyakini kebenarannya, kendati mengaku sebagai Muslim. Padahal
Al-Qur’an itu Kalamullah (Ucapan Allah) yang mustahil berbohong.
Kebenarannya sudah teruji sepnajang masa dari berbagai sisi ilmu
pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan mengajarkan Al-Qur’an bisa
mengajarkan paham terorisme.

Tidak sedikit manusia, termasuk
yang mengaku Muslim yakin dan bangga dengan sistem hidup ciptaan
manusia (jahiliyah), kendati sistem yang mereka yakini dan banggakan
itu menyebabkan hidup mereka kacau dan mereka selalu menghadapai
berbagai kezaliman dan ketidak adilan dari para penguasa negeri mereka.
Mereka masih saja mengklaim : inilah jalan hidup yang sesuai dengan
akhir zaman.

Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk
kembali kepada hukum Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan
itu akan membawa kepada keterbelakangan, kekerasan dan terorisme,
padahal mereka tahu bahwa Islam itu diciptakan oleh Tuhan Pencipta
mereka (Allah) untuk keselamatan dunia dan akhirat dan Allah itu
mustahil keliru dan menzalimi hamba-Nya.

Ketika seorang Yahudi atau agama lain memanjangkan jenggotnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya.

Namun,
saat seorang Muslim memelihara jenggotnya, dengan mudah orang
menuduhnya fundamentalis atau teroris yang selalu harus dicurigai,
khususnya saat masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel dan sebagainya.

Ketika
seorang Biarawati memakai pakaian yang menutup kepala dan tubuhnya
dengan rapih, orang akan mengatakan bahwa sang Biarawati telah
menghadiahkan dirinya untuk Tuhan-nya.

Namun, bila wanita
Muslimah menutup auratnya dengan jilbab atau hijab, maka orang akan
menuduh mereka terbelakang dan tidak sesuai dengan zaman, padahal
mereka yang menuduh itu, para penganut paham demokrasi, yang katanya
setiap orang bebas menjalankan keyakinan masing-masing.

Bila
wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar karena menjaga,
merawat rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan memujinya karena ia
rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi kepentingan rumah
tangga dan keluarganya.

Namun, bila wanita Muslimah tingal di
rumah menjaga harta suami, merawat dan mendidik anaknya, maka orang
akan menuduhnya terjajah dan harus dimerdekakan dari dominasi kaum pria
atau apa yang sering mereka katakan dengan kesetaraan gender.

Setiap
mahasiswi Barat bebas ke kampus dengan berbagai atribut hiasan dan
pakaian yang disukainya, dengan alasan itu adalah hak asasi mereka dan
kemerdekaan mengekpresikan diri.

Namun, bila wanita Muslimah ke
kampus atau ke tempat kerja dengan memakai pakaian Islaminya, maka
orang akan menuduhnya eksklusif dan berfikiran sempit tidak sesuai
dengan peraturan dan paradigma kampus atau tempat kerja mereka.

Bila
anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang mereka
ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat, kecerdasan
dan kreativitas sang anak.

Namun, bila anak Muslim dibiasakan
mengikuti pendidikan praktis agamanya, maka orang akan mengatakan bahwa
pola pendidikan seperti itu tidak punya harapan dan masa depan.

Ketika
Yahudi atau Nasrani membunuh seseorang, atau melakukan agresi ke negeri
Islam khususnya di Paestina, Afghanistan, Irak dan sebagainya, tidak
ada yang mengaitkannya dengan agama mereka. Bahkan mereka mengakatakan
itu adalah hak mereka dan demi menyelamatkan masyarakat Muslim di sana.

Akan
tetapi, bila kaum Muslim melawan agresi Yahudi atas Palestina, atau
Amerika Kristen di Irak dan Afghanistan, mereka pasti mengaitkannya
dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai pemberontak dan
teroris .

Bila seseorang mengorbankan dirinya untuk
menyelamatkan orang lain, maka semua orang akan memujinya dan berhak
mendapatkan penghormatan.

Namun, bila orang Palestina melakukan
hal yang sama untuk menyelamatkan anaknya, saudaranya atau orang tuanya
dari penculikan dan pembantaian tentara Israel, atau menyelamatkan
rumahnya dari kehancuran serangan roket-roket Israel, atau
memperjuangkan masjid dan kitab sucinya dari penodaan pasukan Yahudi,
orang akan menuduhnya TERORIS. Kenapa? Karena dia adalah seorang Muslim.

Bila
anak-anak Yahudi diajarkan perang dan senjata otomatis untuk membunuh
kaum Muslimin Palestina, maka orang akan menegatakan bahwa apa yang
mereka lakukan itu adalah upaya membela diri kendati mereka adalah
agresor.

Namun, bila anak Palestina belajar melemparkan batu
menghadapi prajurit Yahudi yang dilengakapi dengan tank dan senjata
canggih lainhya saat menghancurkan rumah, masjid dan kampung mereka,
maka orang akan menuduh mereka sebagai pelaku kejahatan yang pantas
ditangkap, dipatahkan tangannya dan dipenjarakan belasan tahun.


Sumber : http://murtadinkafirun.forumotion.net/filsafat-hidup-f15/keanehan-pola-pikir-manusia-jaman-sekarang-ini-t6236.htm



Perkembangan Pola Pikir Manusia
Munculnya ilmu pengetahuan adalah karena karakter unik yang dimiliki oleh manusia yaitu hasrat/keinginan untuk mengetahui. Manusia mempuyai rasa ingin tahu terhadap benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, matahari, bulan, tanaman, hewan dan semua makhluk hidup yang lainya. Tidak sampai di sini, manusia juga mempunyai hasrat untuk mengetahui tentang hakikat dirinya sendiri (antroposentris).
Rasa ingin tahu ini tidak dimiliki oleh makhluk lain, sebagaimana tanah, batu, angin, air. Bisa saja mereka dikatakan melakukan gerakan, namun gerakan itu hanya terbatas karena pengaruh ilmiah yang bersifat kekal. Bagaimana tentang binatang atau tumbuhan? Sebatang pohon menunjukkan aktivitas pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu hanya untuk mempertahankan kelestaria hidupnya yang bersifat tetap. Akar bergerak mencari sumber makanan dan air, daun bergerak menuju arah cahaya. Tentu saja kecenderungan itu berlangsung sepanjang zaman. Bintang seperti ikan, burung, harimau dan binatang lain yang mempunyai tingkat eksplorasi yang lebih tinggi dari tumbuhan misalnya, mereka semua melakukan aktivitas. Namun tentu saja hanya terbatas bertujuan untuk mencari sumber makanan, menghindari sumber bahaya atau untuk melestarikan kehidupanya. Hal semacam itu bisa dikategorikan kepada pengetahuan, namun pengetahuan itu tidak akan bisa berkembang. Dengan kata lain tidak berubah dari zaman ke zaman. Rasa ingin tahu seperti itu oleh Asimov (1972) disebut dengan instink atau idle curiousity. Kemampuan ini hanya bekerja untuk tiga hal, mencari makan, melindungi diri, dan berkembang biak.
Begitu juga dengan manusia yang jelas-jelas dalam Al-Quran diamanahi sebgai khalifah di bumi ini, tentu hal ini menimbulkan konseuensi, yaitu keutamaan manusia dari makhluk yang lainya.Yang membedakanya dari makhluk lain adalah bahwa curiousity manusia selalu berkembang. Setelah menemukan tentan apa-nya, mereka juga ingin tahu tentang bagaimana dan mengapa.
Kemampuan manusia untuk mengkombinsikan daya pikirnya yang telah di dapat sebelumnya dengan pengetahuan baru ini akan membuat manusia semakin memperkaya diri dengan perbendaharaan pengetahuan. Sekedar contoh, manusia purba dahulu yang hanya bertempat tingagal di gua-gua, dengan akumulasi pengetahuanya berhasil menciptakan inovasi bagi kenyamanan dirinya. Mereka telah berhasil menciptakan rumah-rumah di atas pohon. Bahkan sekarang telah berhasil menciptakan gedung-gedung pencakar langit yang begitu menjulang. Apakah kita pernah menemukan ada seekor haimau yang hidup di dalam apartemen mewah yang indah sebagaimana manusia?
Rasa ingin tahu ini masih saja berkembang sampai sekarang, bahkan tidak hanya terbatas pada kebutuhan-kebutuhan yang bersifat praktis belaka, namun sudah sampai ke dalam tingkat hal-hal yang lebih efektif yaitu mendayagunakan seluruh alam ini, bahkan sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.
Manusia sebagai makhluk mempunyai ciri-ciri diantaranya:
1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan unik terutama otak
2. Adanya petukaran dzat
3. Respon terhadap rangasangan dari luar dan dalam tubuh
4. Potensi untuk berkembang biak
5. Tumbuh dan bergerak
6. Berintegrasi dengan lingkungan
7. Mati.
Maka, inilah yang menjadi alat vital bagi kelestarian peradaban manusia, yaitu mempunyai daya pikir yang lebih kuat dari daya fisik manusia sendiri. Berbeda dengan makhluk yang lain berfisik kuat, namun daya pikirnya lemah.
Dari dorongan untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, manusia belajar untuk menciptakan solusi-solusi yang akhirnya berkumpul menjadi kumpulan pengetahuan. Hal ini tidak hanya pada alam sekitar, namun juga pada dirinya sendiri. Manusia pada intinya dapat mengamati fenomena alam sekitar yang berskala besar (makrokosmos) maupun kecil (mikrokosmos).
Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih mendapatkan momentumnya karena ditunjang akan kemampuan bertukar informas idengan melakukan aktivitas komunikasi dengan sesama. Begitu juga hal ini didukung oleh sifat manusia yang ingin maju, tidak pernah puas, dan tentu sifat untuk semakin memperbaiki diri.
Mitos, penalaran, dan berbagai cara unntuk memperoleh pengetahuan
Perkembangan yang begitu kentara dari manusia adalah adanya rasa ingin tahu tentang kebutuhan yang bersifat non-fisik, tidak hanya kebutuhan yang dihasilkan dari pengamatan inderawi. Manusia selalu bertnaya pada hal yang bisa memuaskan alam pikiranya. Untuk hal itu mereka selalu mereka-reka sendiri jawaban dari segala pertanyaanya. “apakah pelangi itu?”, tentu itu adalah pertanyaan yang sangat berat bagi merke dahulu. Dengan segala kemampuanya mereka mejawab bahwa pelangi itu adalah selendang bidafdari. Dari sini mereke mendapat pengertahuan baru yaitu adanya bidadari. Contoh lain mengapa gunung ,meletus?, jawaban dari fenomena out adalah karena yang menunggu gunung itu sedang arah. Dapat lagi satu pengetahuan baru yaitu yang berkuasa. Dengan cara yang sama muncullah pengetahuan serupa yang biasa kita sebut sebgai mitaos.
Mitos sendiri meruplan batu loncatan manusia untuk mengenal alam yang non-pragmatis dari alam ini. Mitops disebabkaan oleh keterbatasanindera manusia, seperti:
1. alat penglihatan
2. alat pendengaran
3. alat pencium/pengecap
4. a;lat perasa
Kemampuan indera manusia berbeda dari satu dengan yang lainya. Ada yang berkamampuan tajam ada juga yan lemah penglihatanya, penciumanya, atau ibndera yang l;ain. Akibat keterabtasan ini maka mngkin saja akan timbul salah tafsir, informasi dan mungkin juga salah emikiran. Usaha-usah yang telah dilakukanmanusia adalah dengan menciptakan alat-alata yang dapat mambatnu dalam mengamti fenomena lam aini, sekalipun itu terbtas. Namun saja manusia tak akan berhenti hingga mereka teralah menduduk puncak kepuasan.
Jadi mitos boleh saja ipakai dalam masyarakat pada waktu out karena:
• keterbatasn pengetahuan akibat keterabtasan kemampuan indera maupun alat bantunya
• keterbtasan penalranmanusia pada masa itu
• hasrat iongin tahu sudah terpenuhi
Menurut auguste comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, baik sebgai individu maupun keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
1. tahap teologi/fiktif, dalam tahap ini manusia berusaha untukmencari dan menemukan sebab yang pertama dantujuanakhir dari segala sesuatu. Tentu saja semua itu dihubungkan kepada kekuatan ghaib diluar kemampuan mereka sendiri. Mereka meyakini adanya kekuatan yang maha hebat yang menguasai semua fenomena alam entah itu deewa atau kekuatanghaib lainya.
2. tahap filsafat/fisik/abatrak, tahap ini hampir sama dengan tahap sebelmnya. Hanya saja mereka mendasaarkan semua itu pada kamampuan akalnya sendir,akal yang mampu untuk melakukan abstareaksi antuk menemukan hakikat sesuau .
3. tahap positif/ilmiah riil, merupakan tahap di mana manusia mapu untuk melakukan aktivitas ber[ikir secara positif atau riil. Kemampuan ini didaopatkan melalui uasaha pengamatan, percobaan, dan juga perbandingan.
Jika kita hubungkandengan mitos yang dilakukanmanusia, hal itu diperoleh karena keterbatasa pengalaman dan pemikiran, sehingga apa saja yang tidakdapat mereka temukanjawabanya, itu adalah hal yang diluar uasa mereka. Yaitu apa saja yang dikuasai oleh kekuatan ghaib di lura daya mereka. Mitos sagat berpengaruh pada waktu itu, bahkan sampai sekarang pun masih saja ada suatu komunitsa yang belum leps dari jeratan mitos.sebgaiaman yang kita etamukandalammasyrakat sekitar kita dengan menanggapi realitas dengan melalkukan penyembahan, se;amatan, tari-tarian, danlagu-laguan.
Manusia seara tereus menreus mengembangkanm pengertahuanya tidak hanya menyangkut kebutuhanhidup. Mereka mencoba untuk merumuskan mana yang baik dan man yang buruk, iandah dan jelek.
Berpikir adalah kemampuan penalaran mansuai dengan proses yang benar. Penalaran mreupakan usaha logis dananalaisis untuk menmukan jawaban atas berbgai pertanyaaan. Kemampuan ini tidak didapat melalui perasaan. Naun tentu ada pengetahua yang bersumber dari bukan penalaran, yaitu:
1. pengambilankepitusanberdasarkanperasaaan
2. intuisi,kegiatanberpikir yang tidakanalisi. Intuisi adalah pengetahuan yang timbul dari pengetahuan-p[engetahuanterdahulu, intusii bisa saja timbul menyelesaikan permasalahan tanpa proses berpikir ang sistematis.
3. wahyu, merupakan sumber pengetahuan yang paling tnggi.
4. trial and error, mencoba danmenmukan kegagalan, mencoba lagi dangagal lagi hingga menmukan cara yang benar-benra tepat.
Puncak hasil pemikiranmanusia tesebut didapat pada zaman babylonia (700-600 SM). Pendapat ereka adalah bahwa bumia itu merupakan ruangan atau selungkup. Bumi itu lantai dan langit adalahatapnya. Horoskop, merupakan hsil dari peradaban ioni. Yaitu ramalannasibmanusia berdasarkanperbintangan.
Sejalan dengan kemajuan zaman, dengan dietamukanya berbagaialat bantu uantuk mengungkap fenomena alamitu, maka menusia sedikit demi sedikit beranjak untuk mendayagunakan akal mereka.
Ada bebebrapa tokoh yang ata sumbangsih terbesar bagi alam ini adalah:
1. anaximander 610-546 SM)
2. anaximenes (560-520 SM)
3. phytagoras (500 SM)
4. emedokles (480-430 SM)
5. plato (427-347 SM)
6. aristoteles (348-322 SM)


Sumber : http://bocahfathulhuda05.wordpress.com/2009/01/18/perkembangan-pola-pikir-manusia/

1 komentar: